Eksotopi…


aNarki...ato Revolusi??

“…tapi akhirnya kebenaran juga punya batasan sendiri : dari waktu ke waktu hidup berhasil membawa kejutan juga kesementaraan..diantara garis-garis yang samar dan kacau yang disusun oleh tulisan dan tindakan kata dan perbuatan…merekalah yang membuat dunia tidak sepenuhnya hasil sebuah proyek manusia, lebih sering dunia tampak sebagai sebuah percaturan yang diperkaya oleh suara ganjil yang tak selamanya cocok. Selamanya ada saat ketika hidup hanyalah sebuah pentas dan sang badut masuk berbicara….”

( Gunawan Muhammad).

 

 

Garis-garis waktu terus bergeser tanpa kita sadari sepenuhnya..bahwa langkah-langkah hidup kita hadir dalam sebuah dinamika yang lebih sering tidak terencana. Sang waktu telah membawa kita lari ke penghujung tahun. Dinamika gerak dan juga waktu..mungkin sebuah hal relatif seperti teori Einstein, tetapi kita tidak hidup hanya dalam sebuah teori, kita berada dalam sebuah relita..yang banyak makna dan terkadang membuat kita mengungkap tanya, kemanakah arah perjanan ini mengantarkan kita? Ke tepi manakah ini akan berakhir? kita akan senantiasa memaknainya. Kompleksitas dalam kesederhanaannya menampilkan sosok yang penuh tafsir.

Tak ada fakta yang ada adalah tafsir!, itulah yang pernah dibilang oleh Nietzsche. Kita hidup dalam banyak tafsir realitas. Pada mulanya adalah kata..lalu kata melahirkan kalimat dan kalimat membentuk sebuah konsep, maka ia pun menghasilkan sebuah teori. Dan dari padanya kita menafsir apa yang ada dihadapan, dibelakang, di kiri dan kanan kita, tak luput semuanya. Tidak hanya tafsir yang bersifat inderawi tapi juga tafsir yang bersifat hakiki. Manusia adalah makhluk yang penuh tafsir. Realitas selalu ditafsirkan sesuai dengan kehendaknya, itulah yang disebut subjektif, tidak ada diri yang objektif!. Semuanya berawal dari sebuah proses, ketika diri ‘mengalami’, dan pengalaman itulah yang dijadikan sebuah tafsir lalu kemudian digeneralisasi menjadi sebuah bentuk yang samar-samar bersifat objektif, dimanakah letak sebenarnya objektifitas?

Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban kiranya. Dinamika gerak dan waktu sebagai sebuah konsep melahirkan apa yang dinamakan oleh manusia sebagai sejarah. Sejarah lahir karena waktu yang bergerak, kita bersama gerakan itu menghadirkan diri dan larut sepenuhnya. Apa yang kita maknai dari sejarah saat ini?. Sejarah seperti halnya Gunawan ungkapkan diatas hanyalah sebuah pentas dimana diri hidup dalam citra dan tampilan, sesuai dengan peran yang kita mainkan. Sejarah manusia adalah lakon hidup dimana peran-peran dimainkan secara total. Tragedi maupun komedi, kita adalah aktor dan aktris tanpa naskah, berimprovisasi dengan sebuah bentuk kesadaran, kesadaran yang terus senantiasa terpupuk dalam hadap masalah.

Kesadaran adalah inti dari sejarah dimana gerak dan diam adalah sebuah fenomena yang eksis. Kesadaran yang melahirkan kita memaknai apa yang sebenarnya dari lakon yang dinamakan hidup, melihat sebuah pentas sebagai dinamika peristiwa yang mesti dihadapi..mengikuti alur yang dinginkan sang sutradara..meski kita pun bisa memilih untuk menentukan akhirnya sendiri..itulah dasarnya dimana kesadaran peran menentukan jalan yang telah ditentukan sang dalang. Kesadaran peran melahirkan apa yang dinamakan dengan kebebasan..kebebasan melahirkan pilihan dimana konsep benar dan salah tak lagi diperhitungkan Lalu dimanakah akhir dari sejarah?.

Fukuyama, mengelitik kita dengan kritiknya terhadap sejarah, The end of hitory and the last man, adalah sebuah buku yang mengajak kita untuk kembali memikir ulang sejarah kemanusiaan. Bilakah sejarah ini berakhir?.

Bila modernitas mengasilkan sebuah era tanpa makna, dimana semua nilai kini dimaknai sebagai bentuk material dari benda, maka waktu kehilangan relevansinya, dan ruang kini tak lagi berguna. Bila akhir dari sejarah menurut Gramsci adalah hegemoni..maka sejarah ada di tangan kelas para penguasa yang kini semakin bebal memaknai dunia sekehendak hatinya sendiri..bila hegemoni kian jauh merasuk kedalam kesadaran hakiki manusia maka dunia memang sudah menjadi gila…logika logika semakin dipertentangkan, keyakinan-keyakinan semakin absurd saja karena misteri hidup ditemukan dalam segepok duit..kenikmataan ditemukan dalam sebatang ganja. Agama hilang tanpa jejak bersama lenyapnya moralitas dari penjuru dunia ….pilihannya Revolusi atapun Anarki!


Tinggalkan komentar